SIANG itu awan terlihat gelap namun bukan berarti hujan
akan turun. Ku kayuh sepeda milikku begitu kencang, seolah tak peduli
angin kencang berhembus berlawanan arah. Ku kayuh terus sepeda ku menuju
pantai.
Terkadang aku nyaris limbung tapi aku tak peduli. Ketika aku merasa berada pada titik paling bawah dalam hidup ku, aku seakan ingin sekali pergi ke pantai. Seperti saat itu! Aku terasa remuk ketika menerima sebuah e-mail dan kemudian membacanya.
Teruntuk Akand,
Teruslah berjuang untuk menggapai mimpi, walau suatu saat akan ada putaran tornado yang akan menghadang. Dan terkadang di antara putaran tornado itu, ada yang dapat membuat mimpi- mimpimu hancur berkeping- keping hingga kamu tak dapat merangkai mimpimu lagi. Tapi teruslah berjuang! Karena hanya dengan kemauan dan semangat mu, kamu yang akan menghancurkan tornado itu menjadi luluh lantak.
Seketika aku menyadari, bahwa keluarga ku sedang berada pada saat- saat kelam. Mereka harus memulai kembali dari nol untuk membangun usahanya yang sudah diarsiteki selama bepuluh tahun.
Aku sangat terpukul! Bukan karena sekarang aku harus memenuhi kebutuhanku sendiri. Tapi karena di saat-saat seperti itu, aku tak dapat membantu mereka. Aku ingin sekali pulang dan kemudian membantu mereka. Tapi di sisi lain aku juga harus melanjutkan mimpiku di sini, melanjutkan pendidikan kepelatihan sepak bola. Ini bukan saja tentang mimpiku, tapi juga harapan bagi keluargaku.
“Kelak ketika terjadi sesuatu di sini, tetaplah berjuang dengan mimpimu di sana. Tak usah kamu pedulikan apa yang terjadi disini. Semuanya akan baik- baik,” pesan yang pernah ibu sampaikan pada ku.
Aku menaiki tebing- tebing yang ada di sekitar pantai, sesekali aku terkena pecahan air yang membentur tebing. Aku menatap lurus ke arah pantai itu. Terdiam aku untuk beberapa lama. Melihat dan menikmati salah satu keindahan arsitektur maha karya Sang Maha Kuasa.
Terlihat burung- burung mengepakkan sayapnya melintas di atas gulungan ombak dan terdengar suara gemuruh ombak saling bertautan satu dengan yang lain. Awan mendung tampak menaungi biru pantai, tapi tetap saja tak mengurangi sedikitpun keindahannya.
Setiap aku melihat pantai itu, rasa yang aku alami selalu sama. Lebih tenang dan membuatku tersenyum. Pemandangannya tak pernah berubah. Sama seperti ketika pertama kali aku menapakkan kakiku di sini. Sebuah pantai indah dan menakjubkan yang terletak puluhan ribu kilometer dari geografis negaraku.
Dulu ketika pertama aku menginjakkan kaki di pantai ini, bukan karena aku sedang mengalami duka. Tapi sebaliknya, aku sedang berada pada puncak semangat dalam hidupku sebagai awal mula aku menempuh pendidikan kepelatihan sepak bola. Sepak bola bukan lagi hanya sekedar permainan kesukaanku ketika aku kecil, tapi ini tentang sebuah harapan, mimpi, dan perubahan sebuah bangsa.
Kelak aku berharap dengan ilmu yang aku dapat, aku dapat melakukan sesuatu yang lebih baik untuk dunia persepakbolaan di negaraku yang saat ini sedang sangat terpuruk. Bukan hanya itu, aku mempunyai harapan yang lebih dari itu. Aku ingin menjadi pelatih sebuah klub sepakbola dunia yang saat ini lebih didominasi pelatih- pelatih dari benua biru.
Lebih sulit untuk mempertahankan semangat agar tetap membara dan tak padam ketika badai sedang menerpa ku. Aku tahu dalam hidup ku akan selalu ada badai yang setiap saat dapat menerbangkan ku dan kemudian menghantamkan ku dengan keras kebawah tanah.
Aku teringat akan pesan almarhum ayah kepada ku, “Kelak ketika kamu merasa sedang jatuh dan tidak ada seorang pun yang bisa membantumu. Kamu harus bisa memotivasi dirimu sendiri. Walaupun dengan hal- hal yang sederhana dan tetaplah berpikir positif.”
Itu alasan kenapa aku memilih pantai tatkala aku dihiasi kekecewaan dan hatiku merasa remuk. Tatkala aku melihat pantai tak hanya menenggelamkan rasa duka di hatiku, tapi aku juga dapat melihat dan menikmati keindahannya.
Tak hanya melihat keindahannya, tapi aku juga dapat merasakan betapa kuasa Sang Maha Pencipta. Ketika Sang Pencipta memberikan pantai tepi yang tak terbatas. Itu berarti Sang Pencipta juga memberi ku semangat yang tak akan pernah habis untuk bangkit. Dan setiap kali aku melihat pantai, aku seperti melihat sebuah harapan baru.
Terkadang aku nyaris limbung tapi aku tak peduli. Ketika aku merasa berada pada titik paling bawah dalam hidup ku, aku seakan ingin sekali pergi ke pantai. Seperti saat itu! Aku terasa remuk ketika menerima sebuah e-mail dan kemudian membacanya.
Teruntuk Akand,
Teruslah berjuang untuk menggapai mimpi, walau suatu saat akan ada putaran tornado yang akan menghadang. Dan terkadang di antara putaran tornado itu, ada yang dapat membuat mimpi- mimpimu hancur berkeping- keping hingga kamu tak dapat merangkai mimpimu lagi. Tapi teruslah berjuang! Karena hanya dengan kemauan dan semangat mu, kamu yang akan menghancurkan tornado itu menjadi luluh lantak.
Seketika aku menyadari, bahwa keluarga ku sedang berada pada saat- saat kelam. Mereka harus memulai kembali dari nol untuk membangun usahanya yang sudah diarsiteki selama bepuluh tahun.
Aku sangat terpukul! Bukan karena sekarang aku harus memenuhi kebutuhanku sendiri. Tapi karena di saat-saat seperti itu, aku tak dapat membantu mereka. Aku ingin sekali pulang dan kemudian membantu mereka. Tapi di sisi lain aku juga harus melanjutkan mimpiku di sini, melanjutkan pendidikan kepelatihan sepak bola. Ini bukan saja tentang mimpiku, tapi juga harapan bagi keluargaku.
“Kelak ketika terjadi sesuatu di sini, tetaplah berjuang dengan mimpimu di sana. Tak usah kamu pedulikan apa yang terjadi disini. Semuanya akan baik- baik,” pesan yang pernah ibu sampaikan pada ku.
Aku menaiki tebing- tebing yang ada di sekitar pantai, sesekali aku terkena pecahan air yang membentur tebing. Aku menatap lurus ke arah pantai itu. Terdiam aku untuk beberapa lama. Melihat dan menikmati salah satu keindahan arsitektur maha karya Sang Maha Kuasa.
Terlihat burung- burung mengepakkan sayapnya melintas di atas gulungan ombak dan terdengar suara gemuruh ombak saling bertautan satu dengan yang lain. Awan mendung tampak menaungi biru pantai, tapi tetap saja tak mengurangi sedikitpun keindahannya.
Setiap aku melihat pantai itu, rasa yang aku alami selalu sama. Lebih tenang dan membuatku tersenyum. Pemandangannya tak pernah berubah. Sama seperti ketika pertama kali aku menapakkan kakiku di sini. Sebuah pantai indah dan menakjubkan yang terletak puluhan ribu kilometer dari geografis negaraku.
Dulu ketika pertama aku menginjakkan kaki di pantai ini, bukan karena aku sedang mengalami duka. Tapi sebaliknya, aku sedang berada pada puncak semangat dalam hidupku sebagai awal mula aku menempuh pendidikan kepelatihan sepak bola. Sepak bola bukan lagi hanya sekedar permainan kesukaanku ketika aku kecil, tapi ini tentang sebuah harapan, mimpi, dan perubahan sebuah bangsa.
Kelak aku berharap dengan ilmu yang aku dapat, aku dapat melakukan sesuatu yang lebih baik untuk dunia persepakbolaan di negaraku yang saat ini sedang sangat terpuruk. Bukan hanya itu, aku mempunyai harapan yang lebih dari itu. Aku ingin menjadi pelatih sebuah klub sepakbola dunia yang saat ini lebih didominasi pelatih- pelatih dari benua biru.
Lebih sulit untuk mempertahankan semangat agar tetap membara dan tak padam ketika badai sedang menerpa ku. Aku tahu dalam hidup ku akan selalu ada badai yang setiap saat dapat menerbangkan ku dan kemudian menghantamkan ku dengan keras kebawah tanah.
Aku teringat akan pesan almarhum ayah kepada ku, “Kelak ketika kamu merasa sedang jatuh dan tidak ada seorang pun yang bisa membantumu. Kamu harus bisa memotivasi dirimu sendiri. Walaupun dengan hal- hal yang sederhana dan tetaplah berpikir positif.”
Itu alasan kenapa aku memilih pantai tatkala aku dihiasi kekecewaan dan hatiku merasa remuk. Tatkala aku melihat pantai tak hanya menenggelamkan rasa duka di hatiku, tapi aku juga dapat melihat dan menikmati keindahannya.
Tak hanya melihat keindahannya, tapi aku juga dapat merasakan betapa kuasa Sang Maha Pencipta. Ketika Sang Pencipta memberikan pantai tepi yang tak terbatas. Itu berarti Sang Pencipta juga memberi ku semangat yang tak akan pernah habis untuk bangkit. Dan setiap kali aku melihat pantai, aku seperti melihat sebuah harapan baru.
Oleh Geri Taranda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar